"JANGAN MENGHAKIMI SAUDARAMU"
Berdasarkan Alkitab (Roma 14),
jelas disini tertulis janganlah kita menghakimi sesama kita, Siapakah kamu
sehingga engkau menghakimi saudaramu?? Pada ayatnya yang ke 10 “Tetapi engkau, mengapa engkau
menghakimi saudaramu? Atau mengapakah
engkau menghina saudaramu? Sebab kita semua harus menghadap takhta pengadilan
Allah,” sambungannya pada ayat 11 dan 12, “Karena ada tertulis : Demi
Aku hidup, demikianlah firman
Tuhan, semua orang akan bertekuk lutut di hadapan-Ku dan semua orang akan
memuliakan Allah. Demikianlah setiap orang di antara kita akan memberi
pertanggungan jawab tentang dirinya sendiri kepada Allah.”
Jika demikian yang telah di firmankan Allah melalui Rasul Paulus
kepada jemaat di Roma pada waktu itu, sudah seharusnya kita yang ada saat ini
membaca, mendengar dan juga mengaplikasikannya dalam hidup kita ini, mengapa??
Karena Allah yang dahulu ada dan berfirman bagi jemaat Tuhan di Roma adalah
juga Allah yang sama bagi masing masing kita sekarang, dimana dan bagaimana dan
sebagai apapun kita sekarang ini. Perlu untuk merenungkan firman ini. Karena
kita masing masing akan mempertanggungjawabkan apa yang telah kita lakukan
kepada Allah, dan bukan kepada manusia, untuk itu kenapa dan mengapa dan atas
dasar apakah kita harus menghakimi sesama kita??
bahkan sampai mengejek saudara kita yang memiliki kerinduan dan rasa haus akan hadirat dan firman Tuhan?? Siapakah kita???
bahkan sampai mengejek saudara kita yang memiliki kerinduan dan rasa haus akan hadirat dan firman Tuhan?? Siapakah kita???
Saya ingin sekali menuliskan
tentang hal ini dikarenakan saya merasakan Tuhan berperkara bagi saya dalam hal
ini, Jangan menghakimi.... (Terima
Kasih Bapa atas interupsinya)!!
Saat sekarang ini, atau lebih
tepatnya beberapa waktu yang lalu, saya diperhadapkan dengan situasi dan
kondisi yang menurut standar dan ukuran saya sebagai manusia adalah sesuatu
yang menyinggung perasaan, apalagi saya ini seorang perempuan yang selalu
mendahulukan atau memprioritaskan perasaan, yang bahasa trennya Baper.
Namun saat itu saya menjadi kuat dengan
firman ini, dan benar apa yang diperkatakan dalam kitab Suci bahwa didalam lemahku
Tuhan lah yang berkuasa, itu dirasakan oleh Daud zaman dahulu dan menjadi
mazmur Daud, saya merasakannya sekarang. Dimana saat saya merasa tidak berdaya,
sang pemilik kehidupan itu yang banyak orang menyebutnya Tuhan dan saya sendiri
menyebutnya Bapa, karena demikianlah yang saya rasakan dan alami, bahwa Allah
hadir dalam hidup saya lebih dari Bapa Jasmani saya dan kasih setianya lebih
dari kasih Ibu Jasmani saya, tanpa saya menyangkal akan kedua orang tua saya.
Karena hal ini bersifat keilahian.
Sebagai manusia saya lemah dan
tersinggung, namun saya bersyukur bahwa
Bapa sorgawi saya memberikan kekuatan yang tidak saya duga sama sekali,
saya dalam manusia lama saya tak dapat saya bayangkan betapa emosi dan yang
lebih dikenal dengan culas (sifat) saya yang dahulu akan langsung memberontak
dan pasti akan terjadi suatu keburukan besar bisa dikatakan demikian. Namun
untuk saat ini saya sangat bersyukur justru dalam hal demikian Tuhan berperkara
bagi saya, karena saya merasakan sekarang Tuhan ada dan dekat dengan saya dan
juga bagi siapapun yang memanggil-Nya. Tuhan juga tidak mengingat kesalahan dan
dosa yang pernah saya lakukan, asalkan saya tidak lagi jatuh dalam dosa yang
sama, Allah luar biasa, tiada Allah seperti yang saya punya dan yang banyak
orang kenal sebagai Tuhan dan juruselamat. Saya hanya ingin membagikan ini agar
lebih banyak lagi yang mau datang dan mendekatkan diri kepada Allah, sebab
siapakah kita manusia???
kita hanyalah debu tanah, kita dilukiskan di dalam alkitab seperti bunga rumput yang hari ini ada esok akan hilang lenyap dan menurut apa yang saya dapat dari ilmu pengetahuan kita terbentuk dari atom-atom berdasarkan teori Bigbang, kita semua ini sama. Tiada satu pun yang berbeda bahwa manusia itu merupakan sebuah mesin kehidupan yang dijalankan oleh protein yang tersusun atas asam-asam amino, molekul yang sama. Tidak ada beda sama sekali. Kita manusia adalah aspek dari jiwa yang satu dan sama, hanya ilusi mayalah yang membuat kita berpikir kita ini sesuatu yang berbeda dari yang lain. Alkitab dan Ilmu pengetahun mengungkapkan hal yang sama dibagian ini, saya tidak menyinggung yang lain. Jadi dengan alasan apakah kita ini harus menghakimi sesama kita jika kita ini sama??? Jangan pernah merasa diri lebih dari yang lain, ingat apa yang ada dan melekat dalam diri kita saat ini itu semua hanya karena kasih karunia (Anugerah) dari Allah, Jangan bersandar dan mengandalkan pengertian kita sendiri. Amsal 3:5-6b ‘janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri. Akuilah Dia dalam segala lakumu, maka Ia akan meluruskan jalanmu.’
Saya hanya ingin mengingatkan bahwa standar apa yang kita pakai untuk mengukur orang lain, standar itulah yang akan dipakai Tuhan untuk mengukur kita, berhati-hatilah dan berdoalah sehingga kita jangan jatuh kedalam pencobaan.
kita hanyalah debu tanah, kita dilukiskan di dalam alkitab seperti bunga rumput yang hari ini ada esok akan hilang lenyap dan menurut apa yang saya dapat dari ilmu pengetahuan kita terbentuk dari atom-atom berdasarkan teori Bigbang, kita semua ini sama. Tiada satu pun yang berbeda bahwa manusia itu merupakan sebuah mesin kehidupan yang dijalankan oleh protein yang tersusun atas asam-asam amino, molekul yang sama. Tidak ada beda sama sekali. Kita manusia adalah aspek dari jiwa yang satu dan sama, hanya ilusi mayalah yang membuat kita berpikir kita ini sesuatu yang berbeda dari yang lain. Alkitab dan Ilmu pengetahun mengungkapkan hal yang sama dibagian ini, saya tidak menyinggung yang lain. Jadi dengan alasan apakah kita ini harus menghakimi sesama kita jika kita ini sama??? Jangan pernah merasa diri lebih dari yang lain, ingat apa yang ada dan melekat dalam diri kita saat ini itu semua hanya karena kasih karunia (Anugerah) dari Allah, Jangan bersandar dan mengandalkan pengertian kita sendiri. Amsal 3:5-6b ‘janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri. Akuilah Dia dalam segala lakumu, maka Ia akan meluruskan jalanmu.’
Saya hanya ingin mengingatkan bahwa standar apa yang kita pakai untuk mengukur orang lain, standar itulah yang akan dipakai Tuhan untuk mengukur kita, berhati-hatilah dan berdoalah sehingga kita jangan jatuh kedalam pencobaan.
Tuhan mengasihi kita semua.